Diakui Lorenzo, kalau dirinya tidak sering jatuh ia pasti bisa menorehkan prestasi lebih baik lagi. Ia menuntaskan balapan dengan nilai 189 dan menempati posisi empat besar.
Waktu ditanya, bertengger di urutan berapa kalau ia lebih sering bertahan di atas sepeda motornya, pembalap Spanyol itu menjawab, "Tidak tahu, tapi pastinya poinku lebih banyak. Di posisi berapa, aku tak bisa bilang. Aku rasa, kejatuhanku di China sangat mengubah kompetisiku."
Lorenzo membuat awal yang mengesankan di atas Yamaha-nya, dengan merebut pole position untuk balapan malam pembuka di Qatar, lalu menjadi runner up saat balapan. Ia naik podium tiga di seri kedua di Jerez, dan menjuarai seri ketiga di Portugal.
Namun, setelah itu ia mulai dihampiri nasib sial. Ia terjatuh dan engkelnya patah dalam sesi latihan di China. Kemudian ia terjungkal lagi dari tunggangannya di Prancis, Italia, Catalunya, Jerman, dan Amerika Serikat, di mana tulangnya memar.
"Aku jatuh beberapa kali musim ini, dan itu seakan-akan menunjukkan bahwa aku selalu terjatuh. Itu tidak benar. Aku ingat ketika mulai di kelas 125cc, aku sering jatuh di musim pertama, tapi setelah itu aku sulit terjatuh lagi," ungkap pembalap berusia 21 tahun itu, seperti dikutip Reuters.
"Itu membuat banyak orang memperkirakan kegagalan saya pada musim ini," lanjut pembalap asal Spanyol itu sebagaimana dikutip Auto Sport.
"Saya ingat ketika memulai karir di 125cc, saya juga banyak mengalami kecelakaan pada tahun pertama sehingga kesulitan pada awal karir. Maka itu, saya yakin tidak akan mengulangi hal yang sama tahun depan," tegas pembalap 23 tahun itu.
"Aku memang melakukan banyak kesalahan, tapi aku pikir musim depan aku takkan jatuh terlalu banyak," sambung dia.
"Kenapa tidak?" sergahnya. "Valentino adalah pembalap luar biasa di dalam maupun di luar trek. Tapi tidaklah mustahil untuk mengalahkan dia. Hayden dan Stoner pernah bisa kok. Yang bisa aku janjikan adalah bekerja keras dan memiliki ambisi."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar