Kemenangan di Grand Prix Malaysia akhir pekan lalu merupakan kemenangan ke-71 bagi Rossi. Tapi bagi Burgess, itu membantunya melewati angka 150 kemenangan. Gelar 2008 adalah gelar nomor enam bagi Rossi di kelas tertinggi. Bagi Burgess, itu nomor belasan.
Sebelum bersama Rossi, Burgess sudah pernah membantu banyak pembalap legendaris. Sebut saja Wayne Gardner dan Randy Mamola. Terakhir, dia membantu Mick Doohan meraih 54 kemenangan dan lima gelar 500 cc bersama Honda. Begitu Doohan pensiun pada musim 2000 karena cedera, Burgess pun membantu Rossi.
Karena itulah, Rossi tak lupa menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Burgess. Tanpa pria asal Australia itu, karirnya mungkin tidak akan secemerlang sekarang. Ingat, pada 2000 lalu Rossi hanya mau masuk MotoGP bersama Honda bila Burgess yang menjadi kepala mekanik. Dan pada 2004 lalu, Rossi juga hanya mau hengkang ke Yamaha bila Burgess ikut pindah ke sana.
Rossi pun bilang, dia tak akan pernah mampu mengalahkan pencapaian seorang Burgess. "Saya senang (dengan pencapaian Burgess). Tapi tidak senang 100 persen, karena bagi saya tidak mungkin untuk menyamai pencapaiannya itu," kata Rossi seperti dikutip Motorcycle News. "Karena kami bersama. Kalau saya menang maka dia pun menang. Jadi saya pasti kalah!" tandasnya.
Rossi mengingatkan kepada semua orang, Burgess punya kualitas yang sangat langka. "Dia mengerti bagaimana menyetel motor. Dan kualitas terbaiknya adalah ketenangannya. Dia tidak senang kalau kami kalah tapi dia tidak nervous atau marah. Dia selalu positif melihat ke depan," ungkap pembalap 29 tahun itu.
Seandainya bekerja di Formula 1, Rossi bilang Burgess pasti lebih kondang dan -jauh lebih-- kaya. Tapi, Rossi menegaskan bahwa kondang dan kaya bukanlah tujuan utama hidup Burgess.
"Saya pikir F1 bukan untuknya. Dia suka motor dan dia suka hidup seperti ini. Dia suka minum bir kalau malam dan hidup (tenang) di paddock seperti ini. Bagi dia, lebih baik begini meski tidak sekaya di sana (F1, Red)," paparnya.
Pendapat senada disampaikan Mick Doohan. "Kekuatan dia adalah ketenangannya. Dia bisa merasakan apa yang diinginkan pembalap. Dia tidak terlalu teknis, tapi peka menangkap keinginan dan menerjemahkan kemauan itu pada setelan motor," tuturnya. "Dia salah satu engineer sejati di paddock (MotoGP). Sayang di sini mereka tidak memberi penghargaan seperti di F1," tambanya.
Jerry Burgess memang tipe tak banyak bicara. Kalau ditanya soal peran, maka dia akan terus memuji pembalap. Bagaimana pun, Burgess-lah orang yang mempopulerkan teori 80-20 di MotoGP. Bahwa peran pembalap mencapai 80 persen, sisanya motor (dan tim).
Karena teori itu pula, Burgess mengaku paling tak suka bila aturan sering diubah. Apalagi dengan alasan supaya persaingan jadi lebih ketat. Minggu-minggu ini bukanlah minggu-minggu menyenangkan bagi Burgess, karena tahun depan MotoGP memang mengalami perubahan besar. Khususnya aturan hanya satu merek ban (Bridgestone).
Burgess menegaskan, cara terbaik untuk meningkatkan kualitas kompetisi adalah dengan aturan yang stabil dalam periode yang lama. Dengan begitu, semua pesaing bisa terus mengejar hal yang sama, dan pada akhirnya jadi imbang. "Kalau aturan kita biarkan sama, kita semua akan mencapai titik yang sama," tegasnya.
Dengan perubahan untuk 2009 nanti, kata Burgess, maka tim-tim yang sudah kuat bakal kembali membangun keunggulan. Tim-tim yang tertinggal butuh waktu lebih lama lagi untuk mengejar.
Dan karena Burgess percaya 80 persen sukses di tangan pembalap, maka itu berarti pertanda baik untuk Valentino Rossi dan Fiat Yamaha. Dan itu berarti, makin banyak lagi kemenangan -dan mungkin gelar-- yang bakal dikantongi seorang Jerry Burgess.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar